lindungi bangsa, lindungi orang tercinta, lindungi diri kita sendiri..
Photobucket

Pentas Drama

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On Minggu, 03 Oktober 2010 0 komentar

“Maukah kau menjadi pasanganku nanti malam, Putri Seudati? Hanya semalam, sesudah itu kita berpisah. Kau bebas pergi bersama ke kasihmu. Ke lembah, ke gurun. Berkuda seharian sampai lelah.” Pria itu menumpukan kedua belah telapak tangannya di lutut Putri Seudati. Dia merendahkan dirinya serendah-rendahnya. Karena dia berharap, Putri Seudati mau menjadi kekasihnya semalam. “Bagaimana?”
“Aku….. Aku….” Putri Seudati gugup.
Tiba-tiba, “Cut! Cut! Ngomong kok gugup begitu. Udah, break dulu sejam. Nanti kita lanjutkan,” ucap Sam ngedumel. Dia bersungut-sungut sambil meninggalkan ruangan syuting.
Pria yang merayu Putri Seudati mengeluh seraya melemparkan topi bulunya. Dia adalah Tom. Murid kelas tiga SMU 18. Kebetulan sekali dia menjadi pasangan Rieke, yang berperan sebagai Putri Seudati.
“Kenapa sih permainanmu buruk! Padahal pementasan tinggal separuh bulan lagi. Bisa ditaruh di mana muka kita dengan peranmu yang kedodoran dan agak bloon.” Tom memukul kepalan tangannya sendiri.
Rieke mendengus. Hidungnya kembang-kempis. Emosinya hampir saja meledak. Seumur-umur, dia belum pernah diperlakukan begitu oleh seorang pria. Apalagi pria sekucel Tom. Tapi Rieke selalu tidak dapat berbuat banyak di depan Tom. Dia hanya mampu menangis atau mengigit sapu tangan di depan pria sombong itu.
“Tapi, aku sudah mencoba, Tom!”
“Mencoba!” Tom meledek. “Kau memang pantas menjadi piguran saja. Pemeran pembantu! Sudah, aku pulang saja! Bertengkar denganmu hanya membuat tubuhku kurus!”
“Tapi Tom, nanti Sam….” Rieke mencoba menahan langkah pria itu.
“Sebodo!” Tom menghilang di balik pintu.
* * *
Rieke tidak menyangka bisa takluk di hadapan Tom. Padahal apa sih kehebatan pria sombong itu. Rieke menyadari dia memiliki kharisma. Bahkan tatapannya yang lembut itu, mampu membuat wanita klepak-klepek. Tapi kenapa dia mampu menguasai Rieke yang setegar karang?
“Makan apa melamun, Mbak?” tanya Lika setengah mengagetkan. Rieke tersedak. Batang sayur kangkung yang dikunyahnya, tiba-tiba menempel di tenggorokan. Cepat-cepat dia minum. Cepat-cepat dia mencubit Lika yang nakal. Sayang, yang dicubit keburu berlari.
“We, nggak kena!” Lika menjulurkan lidahnya. Rieke meraih sendal. Tapi dia urung melemparkannya ke Lika. Mama tiba-tiba datang dan mengomel.
“Kalian ini, acara makan pun dibuat mainan! Lika, hentikan tarianmu!” Mama membentak. Lika buru-buru menutup pintu kamar sambil cekikikan. Sementara Rieke hanya bisa mendengus keki. Dia langsung meninggalkan meja makan.
“Eh, nasinya dihabiskan dulu!” protes Mama.
“Kenyang, Ma!”
“Dasar anak sekarang, selalu saja membuat pening kepala,” sungut Mama.
Rieke tidak mendengar lagi ocehan Mama. Pikirannya telah melambung kepada Tom. Ah, pria itu, kenapa mampu membuat Rieke mengharu-biru? Padahal wanita tomboy ini bertekad tidak cinta-cintaan dulu sebelum kuliah. Namun kenapa sekarang lain keadaannya?
Berperan sebagai Putri Seudati untuk pementasan drama minggu depan di kampus kuning, memang anugerah bagi Rieke. Dia akhirnya bisa berdekatan lebih lama lagi dengan Tom. Karena selama ini, dia hanya dapat melihat Tom dari jauh. Mengaguminya diam-diam setiap kali Tom ikut pementasan drama.
Hmm, entah angin darimana, dia mendadak dipilih Tom untuk pementasan drama itu. Suatu kesempatan baik tentu. Sayang, Rieke selalu terbawa perasaan ketika beradu dialog dengan Tom. Dia lebih banyak gagap ketimbang berbicara. Bahkan dia tidak mampu melawan sedikit pun ketika Tom membentaknya.
* * *
“Rieke! Sorry ucapanku yang kasar kemarin,” ucap Tom dengan nada bersalah. Rieke tidak menjawab. Dia semakin mempercepat langkahnya. Tapi pintu kelas yang dituju seolah berjarak sekian kilometer lagi jauhnya. “Ke!” Tom berdiri persis di depan hidungnya.
Wajah Rieke bersemu merah. Dia malu berat. Murid-murid SMU 18 yang melihat gelagat romantis dari Tom, bersuit-suit nakal.
“Kenapa?”
“Aku minta maaf, Rieke! Kemarahanku kemarin mutlak karena aku bertanggungjawab demi suksesnya pementasan ini.”
“Aku tahu.” Rieke melipatkan kedua belah tangan di depan dadanya. Sepertinya putri tomboy ini mulai berani menentang Tom.
Tom mendengus. “Tapi tujuan dari pementasan itu mempunyai arti lain bagiku. Sangat berarti, Ke! Aku…”
Tiba-tiba bel berbunyi. Tom tidak jadi melanjutkan pembicaraannya. Sebelum masuk ke kelasnya dia berkata, “Kutunggu kau di kantin. Akan kujelaskan semua kepadamu, Ke!”
Rieke risau. Selama pelajaran berlangsung, pikirannya hanya tertuju pada ucapan Tom. Apakah makna ucapannya itu? Apakah sesuatu yang berarti bagi Tom di balik pementasan drama nanti? Bisa berdekatan lebih lama dengan Rieke-kah tujuannya? Atau apakah dia ingin menjadikan Rieke sebagai pacarnya?
Ada sekuntum bunga tiba-tiba mekar di lubuk hati Rieke. Ada kehangatan menjalar sampai ke ubun-ubun. Ah, sekarangkah waktunya dia harus mengingkari janjinya sendiri? Mengingkari janji untuk tidak pacaran sebelum kuliah. Hmm, kalau maksud hati lain, perduli amat dengan janji-janji.
“Hai!” Akhirnya Rieke mendatangi Tom yang sudah menunggu di kantin. Dia duduk di sudut ruangan sambil menghirup teh manis. Ketika melihat Rieke, dia langsung melambai.
“Bagaimana? Sudah siap latihan nanti malam?” tembak Tom langsung.
Rieke jengah bercampur kesal. Bagaimanapun, dia sebenarnya tidak menginginkan Tom berbicara ngalor-ngidul. Dia ingin Tom berbicara tepat sasaran.
“Tom, tadi kau ingin membicarakan apa?”
“Yang mana?” Tom berlagak pikun.
“Tentang arti lain pementasan bagimu,” ucap Rieke tegas. Tom membuang pandang. Dia berdiri dan mengambil sebotol minuman untuk wanita itu.
Lama dia terdiam. Tapi akhirnya berbicara juga setelah Rieke mendengus beberapa kali.
“Ke, sebenarnya aku malu menceritakan ini kepadamu. Tapi demi menstimulus jiwa peranmu, tak apalah.” Dia menarik napas panjang sejenak. “Ke, kukatakan pementasan ini sangat berarti bagiku, sebab Sam pernah berjanji akan memberikanku nilai lebih, apabila pementasan drama berakhir sukses.”
“Nilai lebih itu, maksudmu uang, Tom?” Rieke berharap Tom menggeleng. Tapi dia malahan mengangguk tegas, sehingga Rieke merasa tubuhnya menjadi kuyu. Persis selembar daun tua yang gugur dan jatuh ke tanah. “Betapa komersilnya otakmu, Tom. Aku tidak menyangka kau teramat naïf di balik keangkuhanmu!”
“Tapi uang itu sangat kubutuhkan, Ke!”
“Untuk apa? Foya-foya? Atau membeli obat terlarang?” cecar Rieke. Dulu dia memang pernah mendengar masa lalu Tom yang kelam. Sebelum sibuk menjadi aktor drama pentas, Tom diisukin pernah kecanduan obat terlarang. Bahkan ketika kelas satu SMU, dia pernah diskorsing dua bulan karena kedapatan ngobat di toilet sekolah.
“Tidak!” Mata Tom seakan ingin menelan Rieke bulat-bulat. Rieke seperti melihat bara api yang amat panas di mata itu. “Ikut aku!” bentaknya. Dia langsung menyeret paksa Rieke.
“Tidak mau! Aku masih ada pelajaran setengah jam lagi!”
Tom tidak perduli penolakan Rieke. Dia menarik wanita itu sehingga membonceng di motor bututnya. Lalu keduanya membelah jalanan ibukota yang mulai macet.
Rieke masih ingin bertanya lebih banyak lagi. Tapi setiap kali akan membuka mulut, Tom langsung membentaknya. Akhirnya Rieke membisu, sampai suatu saat motor berhenti di depan sebuah rumah setengah permanen.
“Ini rumah siapa?”
“Ikut!” Tom membawa Rieke ke dalam sebuah kamar.
Rieke terkejut. Dia melihat sesosok pria kurus kering tengah terbaring di atas kasur tipis. Matanya cekung, sehingga mempertontonkan ceruk teramat dalam. Rambutnya awut-awutan dan berwarna merah. Rieke mecium bau pengap di situ. Bercampur aduk antara bau keringat dan pesing. Tom yang masih kesal, membuka jendela kamar sedikit demi sedikit. Barangkali dia takut pria yang terbaring itu terbangun.
“Siapa dia?”
“Adikku!” jawab Tom tanpa menoleh. “Inilah yang membuatku berjuang sekuat tenaga untuk mendapat uang lebih dari Sam.” Dia terduduk lesu di sebelah pria kurus itu. “Dia sama sepertiku. Seorang pecandu narkoba. Bedanya aku sekarang berubah dan kembali bersekolah. Sedangkan dia, tidak! Kecanduannya terhadap narkoba sudah berlebihan. Sampai sekarang dia sekarat karena tidak bisa memuaskan kecanduannya.
Kau tahu betapa mahal harga obat-obat terlarang itu? Bagaimana mungkin dia dapat memperolehnya?”
Rieke tersentuh. Dia tertunduk sambil menyeka air mata. “Berarti uang lebih dari Sam, akan kau gunakan membeli narkoba untuk adikmu?”
Tom menggeleng. “Tidak! Aku hanya ingin mengobatinya. Aku ingin dia berubah sepertiku. Dapat bersekolah dan tahu masa depannya. Tapi semua itu dapat terwujud hanya dengan uang, Ke! Kau tahu, selain akan memperoleh uang lebih dari Sam, aku juga berharap Sam akan mengorbitkanku menjadi bintang sinetron. Dia toh banyak relasi di pertelevisian. Dengan begitu aku akan lebih mudah mengobati adikku.”
Rieke menggenggam jemari Tom erat-erat. “Sekarang aku mengerti, Tom. Aku akan membantumu dengan menunjukkan permainan terbaikku pada pementasan drama minggu depan. Aku juga berharap, setidak-tidaknya ada pihak pertelevisian yang menonton dan kepincut permainanmu, Tom.”
“Juga permainanmu, Rieke!” Tom membalas genggaman Rieke lebih erat.
* * *
Hampir jam delapan malam, tapi Tom belum muncul juga. Padahal pementasan drama akan dimulai setengah jam lagi. Sam blingsatan. Berulangkali dia minum. Berulangkali pula mengumpat keterlambatan Tom.
Rieke tidak kalah cemasnya. Kalau sampai pementasan drama malam ini gagal, maka punah sudah harapan Tom mengobati adiknya. Sam pasti akan mendepaknya karena merasa dipermalukan. Dan Rieke tahu itu. Di otak Sam hanya ada uang dan ketenaran. Tidak perasaan!
“Aduh ke mana sih kau, Tom? Ayo muncullah, sebelum Sam memberikan peranmu kepada Martin. Tolonglah, jangan membuat renacana yang kita bangun rapi, porak-poranda hanya karena persoalan sepele,” gumam Rieke sambil bercermin.
Tapi Tom tidak datang juga. Sampai pementasan drama berakhir, batang hidungnya tetap tidak kelihatan. Sam benar-benar naik pitam. Pementasan drama mereka kedodoran, karena yang menjadi aktor utama adalah Martin. Dengan kondisi serba kacau, mereka hanya memperoleh juara paling buncit.
“Aku memecatnya malam ini. Titik!” tekannya seakan berbicara kepada Rieke.
Rieke hanya mengeluh kesal. Ketika menunggu Papa menjemputnya, tiba-tiba Ramadhan datang dengan wajah pucat. Dia langsung menarik Rieke ke belakang panggung.
“Gawat, Ke! Gawat berat!” katanya terbata-bata.
“Gawat kenapa?”
“Adik Tom yang sekarat itu, tadi siang benar-benar sekarat. Tom membawanya ke rumah sakit. Tapi karena tidak memiliki uang, Tom dan adiknya tidak diperdulikan di sana. Akibatnya, adik Tom meninggal. Sekarang jenazahnya sudah dikirim ke kampung.”
“Masya Allah! Tom-nya bagaimana?”
“Dia shock berat. Tapi dia masih tegar mengantarkan adiknya ke kampung. Menurut selentingan yang aku dengar, mungkin Tom akan lama di kampungnya. Atau bisa jadi dia tidak akan kembali lagi ke sini.”
Rieke merasakan pijakannya goyah. Dia limbung. Ramadhan bergegas memapahnya ke atas kursi.
“Sabar, Ke! Tenang!” saran Ramadhan.
Rieke hanya menerawang. Usahanya membantu Tom untuk mengobati adiknya, ternyata sia-sia. Sementara Tom yang diam-diam dicintainya, sekarang sudah pergi dan belum tentu akan kembali. Tapi yang paling dicemaskan Rieke, manakala Tom tidak tabah menerima semua cobaan ini.
Ah, akankah dia menjadi menjadi pecandu narkoba lagi seperti dulu? Tom, ingatlah, bahwa narkoba tidak akan menyelesaikan masalahmu. Tapi dia lambat-laun akan menimpakan berlaksa masalah tanpa kamu sadari. Ingatlah aku saja, Tom. Rieke yang diam-diam tetap mencintaimu.

Dari Pecandu Jadi Kanibal !

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On Sabtu, 02 Oktober 2010 0 komentar

Ini ga ngada-ngada. Aku pernah baca di suatu situs.

Kenyataan sungguh mengerikan dan benar-benar membuat miris. Para wanita korban Narkoba kalau sudah ketagihan akan menghisap darah menstruasinya sendiri. Celakanya, mereka juga kerap menggigit dan melukai orang yang berada di sekitarnya. Memang begitulah kalau sudah menjadi korban Narkoba, akal sehat jadi tersumbat.


Dewasa ini peredaran Narkoba luar biasa pesat. Tak cuma di perkotaan, kampung-kampung di pelosok desa pun tak luput dirambah. Dari segi pengguna juga cukup membuat kita miris. Kalau dulu para pengguna Narkoba sangatlah terbatas pada kalangan orang-orang berduit. Namun, sekarang ini, dari kuli bangunan hingga pejabat negara jadi pengguna Narkoba. Celakanya lagi, anak-anak usia sekolah dasar sudah ada yang menjadi pengguna Narkoba! 


Keluarga sebagai komunitas terkecil di masyarakat tidak boleh lengah sama sekali. Saat ini kita betul-betul harus waspada dengan "serangan" narkoba yang bisa datang dari mana saja. Para remaja, waspadalah selalu, jangan pernah mau mencoba apapun alasannya. Walaupun dirayu dan dibujuk dengan ucapan : "ayolah...coba sekali saja, supaya kita tahu rasanya". Jangan pernah mencoba! Sebab sekali mencoba akan susah melepaskan diri. Sudah jelas narkoba itu berefek negatif, kenapa kita mesti mencoba??

Menghindar Dari Narkoba di Masyarakat

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On Jumat, 01 Oktober 2010 0 komentar

Katakan tidak pada narkoba! Hanya orang bodoh yang bisa masuk ke dalam jeratan narkoba, zat dan obat-obatan terlarang. Para pengedar dan pembuat barang-barang setan tersebut akan melakukan berbagai promosi bujuk rayu menjebak mereka kepada orang-orang yang lemah iman dan tidak punya akal sehat untuk menjadi budak mereka.

Orang-orang yang sudah terkena narkoba bisa dibilang mayat hidup karena mereka seperti budak di mana jika dia tidak bisa mendapatkan barang haram tersebut dia akan rela melakukan apa pun yang kita inginkan jika kita memiliki barang haram itu. Efek kecanduan / ketagihan pada narkoba menyebabkan seseorang tidak konsen untuk menjalani hidupnya karena yang dipikirkan hanya bagaimana cara agar bisa mengkonsumsi narkoba terus menerus.

Berikut ini adalah tips bagi anda untuk memperkuat benteng dalam melawan narkoba yang mungkin anda akan butuhkan suatu saat nanti :

Menghindari Narkoba di Sekolah

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On 0 komentar

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (lihat data narkoba BNN 2007) khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Dan dari keseluruhan kasus HIV/AIDS, hampir 50% penularannya dikarenakan penggunaan jarum suntik (narkoba) (Ditjen PPM&PL Depkes, 2007). Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya (Joyce Djaelani Gordon-aktifis anti drugs & HIV/AIDS, 2007).

Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan.

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima.

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented).

Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.

Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan �tidak pada narkoba�. Mengirimkan pesan yang jelas �tidak menggunakan� membutuhkan konsistensi sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong kegiatan-kegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan kehidupan yang layak.

Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak. Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh.

Mengenal Narkoba2

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On 0 komentar

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Narkotika - untuk menurunkan kesadaran atau rasa.
2. Psikotropika - mempengaruhi psikis dari pengaruh selektif susunan syaraf pusat otak
3. Obat atau zat berbahaya

Mengenal Narkoba

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On 0 komentar

Meski narkoba bukan sesuatu yang asing, harus diakui, sebagian besar masyarakat kita masih belum mengetahui betul seluk-beluk dan hakikat narkoba. Secara bahasa, narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain. Dilihat dari asal usul bahasa, narkotika diambil dari istilah dalam bahasa Yunani nacosis, yang berarti obat bius yang melenakan atau menidurkan. Psikotropika adalah segala macam obat-obatan yang bukan termasuk jenis narkotika, namun memiliki efek dan bahaya mirip narkotika.
Sedangkan zat adkitif adalah segala macam zat yang bukan narkotika, namun menimbulkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Secara umum, dilihat dari sisi semantika bahasa, narkoba berarti segala jenis obat atau zat, sintetis ataupun semisintetis, yang apabila diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terhadap penurunan kesadaran/hilangnya rasa, atau memengaruhi kerja otak (susunan saraf pusat) dan menyebabkan ketergantungan.
Ganja
Narkoba banyak dipasarkan dalam kemasan lain dengan maksud untuk mengelabui pemakainya, misalnya sebagai obat antikantuk, obat pelangsing, obat peningkat kecerdasan, dan percaya diri. Ada dua golongan narkoba sesuai dengan tingkat bahaya dan penyalahgunaannya. Golongan I, berarti narkoba yang tidak memiliki kegunaan apa pun di dunia medis, misalnya heroin. Narkoba golongan II adalah narkoba yang memiliki sedikit kegunaan di dunia medis namun memiliki kemungkinan yang besar untuk disalahgunakan, contohnya morfin.

Semua Dapat Kembali [ c e r p e n ]

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On Selasa, 28 September 2010 0 komentar


Kicky Tanurizal dikenal sebagai penata rambut yang telah mengantongi banyak penghargaan. Namun, di tengah kesuksesannya, dia berniat mengakhiri hidup.
“Saya berpikir hidup ini sudah berakhir. Pada satu sisi inilah, saya ingin mengakhiri hidup dan saya sudah mencoba memakai obat-obatan yang banyak biar Over Dosis (OD)” kata Ricky Tanurizal.
Kesuksesan yang telah didapat berdampak terhadap hubungannya dengan seorang wanita yang telah memberinya seorang buah hati. Kicky ditinggalkan oleh wanitanya karena tidak tahan dengan kelakuannya yang terus hidup dalam alkohol dan narkotika. Wanita tersebut membawa pula anaknya pergi dari rumah.
Kejadian itu tentu saja bukan membuat Kicky bertobat, tetapi menurutnya itu adalah awal dari kehidupannya yang hancur. Tidak adanya pengawasan dari orang yang dicintai membuat dirinya bebas melakukan apa saja. Kehidupan malam menjadi kesehariannya. Berbagai jenis narkoba pun dikonsumsi Kicky setiap ada kesempatan.



Indah Berujung Neraka [ c e r p e n ]

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On 0 komentar

Cinta berbunga — Soen di Bandung sejak ia disapih ikut dengan Nini dan Aki. Soen merasa nyaman tinggal di Bandung, dia hanya sekali-kali berkunjung ke Jakarta ke rumah Papa Mamanya. Kini ia telah selesai kuliah. Ia bekerja di perusahaan asuransi. Cinta berbunga itu, karena suatu saat ia berkenalan dengan pemuda Ramses Handoko. Penampilan pemuda itu sungguh memikat. Di Bandung Ramses sedang mengikuti pelatihan yang di selenggarakan kantornya selama dua pekan.

Tiap hari kedua sejoli itu asyik betul mengembangkan pendekatan mereka, tiap malam mereka mengitari restoran menjelajahi wisata kuliner ala Bandung. Dua hari sebelum berakhir kursus Ramses, Soen membawanya ke rumah, Aki dan Nini terkesan dengan penampilan Ramses.
Suatu saat, Soen memperkenalkan Ramses kepada papa-mama, tidak dimengerti mengapa kedua orang tua itu tidak berkenan dengan sang calon. Setelah beberapa kali pertemuan Papa mengatakan bahwa tipe lelaki bergaya begitu, ada kecendrungan kasar dan temperamental, memang papa adalah seorang psikolog. Hubungan Bandung dan Jakarta mempunyai peluang bagi kedua sejoli untuk memanfaatkan peluang “menghilang”. Mereka segera mengajukan rencana pernikahan. Dari hubungan perundingan Bandung Jakarta, terjadi perbedaan pendapat. Aki dan nini setuju dengan Ramses, papa mama menolak.
“Aki, saya tahu kesimpulan papa itu, hanya sentimen kedaerahan, itu kuno, malah seharusnya aki dan nini yang berpikiran kuno, papa-mama menyebut-nyebut perang bubat segala. Apa hubungannya ?”.
“Soen memang ada orang yang beralasan demikian, ada kepercayaan yang demikian tidak membawa keberuntungan. Tetapi kalau aki hanya melihat ke depan, apakah calon kamu itu bekerja baik-baik atau pengangguran. Ramses telah bekerja di tempat yang terjamin, tetapi papa-mama berhak memberi pendapat, papa adalah wali nikah kamu, Soen”
“Biarlah kita tunggu sebentar, nanti aki dan nini akan berkunjung ke Jakarta.”


Narkoba Mengincar

Posted by Gayatri Perdanaga Halinsetya On Kamis, 23 September 2010 2 komentar

Apa itu Narkoba?
Narkoba adalah narkotika dan obat-obatan terlarang dan psikotropika, yang jenisnya beragam mulai  mulai dari ekstasi, morfin sampai metafetamin, ini merupakan jenis obat obatan yang bisa merangsang suatu jenis sel dalam otak yang membangkitkan rasa rileks, gembira dan nyaman bagi pemakainya.
Para pemakai dan pencandu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang berekonomi mampu dan tidak mampu. Dari kalangan ekonomi mampu ini menjadi bagian dari kesibukan dan jadwalnya. Sedangkan dari kalangan ekonomi tidak mampu ini menjadi tujuan hidupnya sehari hari. Untuk kasus kecanduan yang parah mereka sanggup tidak makan asalkan bisa membeli pengobat kecanduannya. Uangnya? Karena mereka tidak mampu, maka mereka bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya, misalnya mengemis, mencuri atau cara apapun. Beberapa dari mereka memang hanya pemakai tanpa kecanduan, tapi itu sangat sedikit. Kebanyakan dari mereka adalah pasien yang menunggu ajal. 



Usaha Pemberantasan dalam Dunia Pendidikan 
Sasaran utama konsumen narkoba adalah anak-anak usia remaja, pasarnya tentu saja sekolah, SMA, SMP bahkan SD. Secara psikologis, usia ini adalah masa di mana seorang anak mulai mencari siapa dirinya, apa yang disukainya, apa yang menjadi identitasnya dan pencarian-pencarian lain yang berkaitan dengan pengakuan lingkungan terhadap diri mereka. Sehingga mereka berani untuk mencoba hal-hal baru. Pada masa itu juga pengawasan orang tua terhadap anaknya mulai kendur. Anak mulai mempunyai waktu dan tempat dalam kesehariannya yang orang tua tidak tahu, misalnya tempat kumpul sepulang sekolah. Wajar dan sudah seharusnyalah jika penyuluhan dan peringatan tentang narkoba diadakan di sekolah-sekolah. Tentang apa itu narkoba, dari mana saja bahaya itu bisa datang dan bagaimana cara mencegahnya.
 


ShoutMix chat widget